
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa keikhlasan hati lebih utama dalam pandangan Allah daripada penampilan luar dan kekayaan. Apa pun amal yang kita lakukan, ukuran utamanya adalah niat yang ada di baliknya. Jika hati kita ikhlas, maka insya Allah, amal kita akan diterima oleh-Nya, tak peduli besar atau kecil perbuatan tersebut. Lebih jauh lagi, Rasulullah ﷺ juga bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya: "Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik, dan jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa hati adalah pusat kendali dari segala perbuatan dan sikap kita. Bila hati seseorang bersih dan baik, maka perbuatan yang dilakukan pun akan cenderung kepada kebaikan. Sebaliknya, jika hati rusak dan tercemar, maka perilaku seseorang akan mengikuti, menuju keburukan.
Dalam kehidupan yang penuh dengan dinamika, menjaga kebersihan hati adalah hal yang sangat penting. perlu untuk senantiasa berusaha menjaga kebersihan hati. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 28:
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
Artinya: "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu berada dalam lingkungan yang penuh kebaikan, dengan orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, agar hati kita juga terjaga dari berbagai pengaruh yang dapat mengotorinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Artinya: "Perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu antara dia akan memberimu atau engkau akan membeli darinya, atau paling tidak engkau bisa mendapatkan darinya aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini jelas mengajarkan kita bahwa teman dan lingkungan berpengaruh besar pada diri kita. Terutama bagi para pemuda dan remaja, masa muda adalah masa pembentukan karakter yang akan sangat menentukan kehidupan ke depan. Jika kita banyak bergaul dengan orang-orang yang shalih, insya Allah kita akan ikut termotivasi untuk melakukan kebaikan, meninggalkan hal-hal buruk, dan memperbaiki diri.
Lingkungan yang baik, yaitu teman yang shalih, akan senantiasa mengajak kita kepada jalan yang diridhai Allah. Ketika kita tergoda untuk melakukan keburukan, mereka hadir untuk mengingatkan dan memberi nasihat. Sebaliknya, jika kita berada di lingkungan yang buruk, lambat laun kita akan terpengaruh tanpa kita sadari. Karenanya, mari perbanyak bergaul dengan orang-orang yang memiliki akhlak mulia, yang istiqamah dalam kebaikan, dan yang saling menasihati dalam kebenaran serta kesabaran.
Dengan memahami pentingnya hati ini, mari kita terus berusaha untuk membersihkan hati, menjauhkannya dari penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan riya. Mari beramal dengan niat tulus, semata-mata untuk meraih ridha Allah. Semoga Allah senantiasa memberikan kita hati yang ikhlas dan menjadikan amal-amal kita diterima di sisi-Nya. Aamiin.
***