Dilema hidup sering muncul ketika dua pilihan sama-sama berat, atau ketika masalah terasa berulang tanpa jalan keluar. Islam mengajarkan bahwa ujian adalah bagian dari sunnatullah untuk meninggikan derajat hamba-Nya.
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sementara mereka tidak diuji?”
(QS. Al-‘Ankabut: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa kesulitan bukan pertanda ditinggalkan Allah, tetapi tanda bahwa iman sedang ditempa.
Ketika masalah berlarut-larut dan belum menemukan jalan keluar, Maka kita sedang belajar sikap sabar yang aktif, yakni kesabaran yang disertai ikhtiar dan doa. Sabar bukan berarti berhenti berusaha, tetapi tetap bergerak dengan hati yang tenang dan keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui waktu terbaik untuk menolong hamba-Nya. Dalam kondisi seperti ini, memperbanyak doa, memperbaiki niat, dan menjaga konsistensi amal menjadi sumber kekuatan batin agar tidak larut dalam putus asa atau keluhan yang melemahkan diri sendiri.
Ada masalah yang tidak selesai dalam sehari, sebulan, bahkan bertahun-tahun. Pada fase ini, Islam mengajarkan sabar aktif: sabar yang disertai usaha dan doa, bukan pasrah tanpa ikhtiar.
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya…”
(HR. Muslim)
Masalah yang berkepanjangan sering kali mendidik kita tentang ketekunan, keikhlasan, dan ketergantungan penuh kepada Allah.
Di lingkungan kerja, ujian sering hadir dalam bentuk berita negatif, gosip, atau isu yang merusak suasana kebersamaan. Islam membimbing agar setiap informasi disikapi dengan tabayyun dan kehati-hatian. Tidak semua yang didengar harus dipercaya, apalagi disebarkan. Menjaga lisan, fokus pada amanah pekerjaan, serta menata niat bekerja sebagai ibadah akan melindungi hati dari pengaruh negatif yang menggerogoti semangat dan keikhlasan. Sikap profesional yang dibalut akhlak Islami menjadi benteng utama di tengah lingkungan yang tidak selalu ideal.
Dalam menghadapi dilema hidup, Islam menawarkan jalan pengambilan keputusan yang menenangkan. Seorang Muslim terlebih dahulu meluruskan niat agar setiap pilihan diarahkan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar menghindari tekanan atau mengejar kepentingan sesaat. Pilihan kemudian ditimbang dengan nilai syariat dan maslahat jangka panjang, dilanjutkan dengan musyawarah bersama orang-orang yang amanah dan bijak. Setelah ikhtiar maksimal, shalat istikharah menjadi sarana menyerahkan hasil akhir kepada Allah, lalu bertawakal dengan lapang dada atas keputusan yang diambil.
Adapun ketika melihat rekan kerja terjerumus dalam masalah negatif (baik berupa perilaku tidak etis, konflik, maupun pengaruh lingkungan) Islam mengajarkan sikap empatik dan bertanggung jawab. Langkah pertama adalah menjaga niat untuk menolong, bukan menghakimi. Jika memungkinkan, nasihat disampaikan secara pribadi, lembut, dan penuh adab, tanpa membuka aib di hadapan orang lain. Bila masalahnya berat, membantu dengan mengarahkan kepada pihak yang tepat atau sistem yang berlaku adalah bentuk kepedulian, bukan pengkhianatan. Pada saat yang sama, seorang Muslim tetap menjaga batas diri agar tidak ikut terseret, seraya mendoakan kebaikan dan perbaikan bagi rekannya.
Pada akhirnya, dilema hidup, masalah yang berulang, dan dinamika negatif di tempat kerja adalah bagian dari perjalanan manusia. Islam hadir sebagai penuntun agar setiap fase dijalani dengan iman, sabar, dan kebijaksanaan. Dengan menjaga hubungan dengan Allah dan akhlak terhadap sesama, seorang Muslim akan menemukan bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada pelajaran, dan di balik setiap pilihan yang ditempuh dengan niat lurus, Allah menyiapkan kebaikan yang mungkin belum terlihat saat ini.
Dilema hidup, masalah yang berulang, dan kabar negatif hanyalah fase, bukan tujuan akhir. Seorang Muslim yang memegang iman, sabar, dan istiqamah akan keluar dari ujian dengan jiwa yang lebih kuat dan hati yang lebih bersih.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu…”
(QS. Al-Baqarah: 216)
Semoga setiap kegelisahan menjadi jalan kedekatan kepada Allah, dan setiap pilihan yang diambil berbuah keberkahan dalam hidup dan pekerjaan. 🤍
_____________